uspace.id – Alat musik tradisional sering kali memiliki nilai budaya dan sejarah yang sangat kuat, tidak terkecuali dengan shakuhachi. Shakuhachi merupakan alat musik tiup tradisional asal Jepang yang memiliki bentuk menyerupai seruling bambu.
Instrumen ini bukan hanya digunakan untuk pertunjukan musik, tetapi juga memiliki hubungan erat dengan praktik spiritual dan filosofi hidup masyarakat Jepang, khususnya dalam ajaran Zen Buddhisme.
Alat musik tiup shakuhachi dikenal luas karena suaranya yang mendalam, tenang, dan penuh ekspresi. Nada-nadanya tidak hanya enak didengar, tetapi juga mampu membawa pendengarnya dalam suasana kontemplatif.
Tidak heran jika shakuhachi kerap digunakan dalam ritual meditasi dan kegiatan spiritual lainnya.
Daftar isi artikel
Asal Usul dan Sejarah Shakuhachi
Shakuhachi diperkirakan berasal dari Tiongkok dan masuk ke Jepang pada abad ke-7 melalui para biksu Buddha.
Meskipun awalnya berasal dari luar negeri, shakuhachi kemudian mengalami perkembangan pesat di Jepang dan menjadi salah satu alat musik tradisional yang sangat khas.
Nama shakuhachi sendiri berasal dari satuan panjang Jepang, yaitu “shaku” (sekitar 30,3 cm) dan “hachi” (angka delapan), yang berarti panjang alat musik ini kurang lebih 1,8 shaku atau sekitar 54,5 cm.
Pada masa feodal Jepang, shakuhachi digunakan oleh para biksu dari sekte Fuke Zen, yang dikenal sebagai komusō.
Para biksu ini memainkan shakuhachi sebagai bentuk meditasi dan pengabdian spiritual. Musik yang mereka mainkan disebut honkyoku, yaitu komposisi musik yang ditujukan untuk mencapai kesadaran batin dan mendekatkan diri kepada pencerahan.
Selain fungsi spiritual, shakuhachi juga memiliki peran dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Instrumen ini pernah digunakan sebagai alat penyamaran para samurai dan mata-mata yang berkedok sebagai biksu pengembara.
Oleh karena itu, shakuhachi juga memiliki nilai historis yang menarik untuk dikaji lebih dalam.
Struktur dan Bahan Pembuatan Shakuhachi
Shakuhachi terbuat dari bambu, biasanya jenis bambu madake yang tumbuh di Jepang. Bambu yang dipilih harus berkualitas tinggi dan memiliki usia yang cukup matang agar mampu menghasilkan suara yang optimal.
Bagian akar bambu sering kali dipertahankan sebagai bagian bawah shakuhachi, menambah keunikan bentuk dan estetika instrumen ini.
Shakuhachi memiliki lima lubang nada, yaitu empat di bagian depan dan satu di bagian belakang. Meskipun jumlah lubangnya relatif sedikit dibandingkan alat musik tiup lainnya, shakuhachi dapat memainkan berbagai macam tangga nada dan ekspresi musikal yang kompleks.
Ini dimungkinkan karena teknik pernapasan, penekanan jari, serta kemiringan mulut saat meniup mempengaruhi nada yang dihasilkan.
Beberapa shakuhachi modern dibuat dari bahan sintetis seperti resin atau PVC untuk keperluan pendidikan dan pertunjukan.
Namun, shakuhachi bambu tetap menjadi pilihan utama bagi para musisi profesional dan praktisi tradisional.
Teknik Memainkan Shakuhachi
Memainkan shakuhachi tidak semudah meniup seruling biasa. Teknik tiupan pada shakuhachi memerlukan kontrol napas yang sangat baik dan penempatan bibir yang tepat pada bagian ujung bambu yang terbuka.
Ujung shakuhachi tidak memiliki mouthpiece seperti alat musik tiup Barat, melainkan hanya ujung bambu yang dipotong miring untuk menghasilkan nada saat ditiup.
Pemain shakuhachi dituntut untuk menguasai berbagai teknik pernapasan, termasuk pernapasan perut dan kontrol tekanan udara untuk menghasilkan suara yang stabil.
Selain itu, teknik seperti meri dan kari digunakan untuk menaikkan atau menurunkan nada dengan mengubah sudut tiupan. Teknik vibrato juga dapat dilakukan dengan menggerakkan kepala atau mengubah tekanan udara secara halus.
Musik shakuhachi dikenal dengan ekspresi yang sangat emosional. Dinamika suara bisa sangat halus hingga kuat, menciptakan suasana yang mendalam dan menyentuh.
Hal ini menjadikan shakuhachi sebagai alat musik yang sangat personal, di mana karakter dan perasaan pemain bisa sangat terasa dalam permainan mereka.
Baca juga: Mengenal Alat Musik Tiup Harmonium: Sejarah, Fungsi, dan Teknik Permainannya
Fungsi dan Peranan Shakuhachi dalam Budaya Jepang
Shakuhachi bukan hanya alat musik, melainkan juga bagian dari kehidupan spiritual masyarakat Jepang. Dalam tradisi Zen, shakuhachi dimainkan sebagai bentuk meditasi aktif yang disebut suizen.
Suizen berarti “meditasi melalui tiupan,” di mana pemain fokus sepenuhnya pada proses bermain, pernapasan, dan kesadaran diri.
Musik honkyoku yang dimainkan dalam suizen tidak memiliki tempo tetap atau irama terstruktur. Hal ini memungkinkan pemain untuk menyesuaikan permainan mereka sesuai dengan perasaan dan kondisi batin saat itu.
Dengan kata lain, shakuhachi membantu pemain untuk lebih mengenal diri sendiri dan mencapai ketenangan jiwa.
Di luar konteks spiritual, shakuhachi juga memiliki tempat dalam dunia musik tradisional Jepang, terutama dalam ensambel musik seperti sankyoku (trio musik yang terdiri dari shakuhachi, koto, dan shamisen).
Selain itu, alat musik ini juga mulai digunakan dalam berbagai genre musik kontemporer, termasuk musik film, teater, dan fusi musik dunia.
Perkembangan Shakuhachi di Era Modern
Di era modern, shakuhachi mengalami perkembangan dari segi teknik, komposisi, dan penyebarannya secara global. Banyak musisi dari luar Jepang yang tertarik mempelajari dan memainkan shakuhachi.
Bahkan, komunitas shakuhachi telah terbentuk di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Beberapa sekolah atau aliran dalam permainan shakuhachi yang masih eksis hingga kini antara lain Kinko-ryu dan Tozan-ryu.
Masing-masing aliran memiliki gaya, teknik, dan repertori musik yang berbeda. Perbedaan ini memperkaya warisan budaya shakuhachi dan memberikan pilihan bagi para pelajar untuk mendalami sesuai minat dan latar belakang mereka.
Shakuhachi juga mulai digunakan dalam pengajaran musik, baik sebagai alat pembelajaran teknik pernapasan maupun sebagai media eksplorasi musik dunia.
Beberapa komposer kontemporer bahkan menciptakan karya baru khusus untuk shakuhachi dan menggabungkannya dengan orkestra Barat atau alat musik digital.
Baca juga: Mengenal Alat Musik Tiup Didgeridoo dari Australia: Sejarah, Fungsi, dan Teknik Memainkannya
Shakuhachi adalah alat musik tiup tradisional Jepang yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang mendalam.
Suara unik yang dihasilkan dari seruling bambu ini mampu menciptakan suasana yang menenangkan dan kontemplatif, menjadikannya lebih dari sekadar alat musik.
Sebagai bagian penting dari warisan budaya Jepang, shakuhachi tidak hanya bertahan di tengah arus modernisasi, tetapi juga terus berkembang dan dikenal di berbagai belahan dunia.
Dari biksu Zen yang bermeditasi hingga musisi kontemporer di panggung internasional, shakuhachi terus menginspirasi dan menghubungkan manusia melalui harmoni suara bambu yang sederhana namun sarat makna.
Bagi para pecinta musik dan budaya, mempelajari shakuhachi bisa menjadi pengalaman yang membuka wawasan sekaligus memperdalam pemahaman tentang hubungan antara musik, jiwa, dan kehidupan.